Derita Pilu Rakyat Is Under Cover Asian Games
Indonesia,
itulah nama tanah air kita. Yang juga biasa dikenal negara 1000 pulau
karena sangat banyaknya pulau dinegeri
tercinta kita ini. Banyak pulau, sudah tentu banyak suku, adat, budaya, dan
agama. Dari banyaknya suku, adat, budaya, dan agama itu sudah pasti adanya
suatu perbedaan.
Adanya perbedaan itu bukan
sebagai tabir untuk memisahkan kita. Akan tetapi, dengan adanya perbedaan itu
bisa menjadi jalan bagi kita untuk belajar bertoleransi. Bagi saya, hidup tanpa
toleransi bagaikan makan bakso pedas
dan tak ada air untuk diminum, kesal dan bingung campur aduk.
Sistem
pemerintahan di Indonesia menggunakan sistem pemerintahan presidensial yang
dipilih secara demokrasi yaitu dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat.
Jadi benar apa kata presiden
jancukers (Sujiwo Tedjo) “presiden itu bukan orang nomer 1, melainkan pembantu
nomer 1. Orang nomer 1 dihidup kita adalah IBU”. Menurut saya, ucapan itu
benar.
Karena
presiden tidak bisa disebut orang luar biasa tanpa adanya rakyat biasa. Secara tidak sadar mereka (pemimpin) tidak
akan mendapat fasilitas senyaman itu tanpa adanya rakyat kecil. Yang seharusnya
mereka berterimakasih kepada rakyat, malah mereka tidak mendengarkan suara
rakyat. Apakah mereka tuli? Atau hanya pura-pura tuli?.
Asian
games sedang berlangsung saat ini. Menyebut event itu, saya jadi teringat saat
pembukaan event itu yang sangat dan begitu meriah. Dan pada malam itu,
penontonnya tidak hanya penduduk Indonesia saja, melainkan dari berbagai negara
di Asia. Dinilai dari pembukaan asian games itu, negara kita seperti negara
yang kaya raya (tanpa hutang) dan sejahtera.
Dan
pastinya setelah berlangsungnya pembukaan asian games itu, para pimpinan kita
mendapatkan hujan pujian dari para tamu negara. Diakui atau tidak, pastinya
para pimpinan negara kita yang hadir pada malam itu diselimuti oleh kebahagian.
Tapi, apakah mereka ingat akan saudara kita yang sedang tertimpa bencana yang
menurut saya itu sudah masuk kategori bencana nasional tapi sampai saat ini
masih belum
ditetapkan, yaitu gempa yang mengguncang Lombok dari tanggal 05 Agustus 2018
sampai saat ini 02 September 2018. Sudah hampir satu bulan Lombok diguncang
oleh gempa.
Tapi,
media informasi saat ini lebih banyak memuat berita tentang asian games dan
jarang sekali yang memuat berita tentang gempa. Kita juga perlu mengetahui
kabar saudara kita yang terkena bencana bukan hanya tentang perolehan medali
emas yang negara kita mendapatkan juara
didalam ajang perlombaan tersebut.
Berbicara
Asian games, ada yang melintas dibenak saya yaitu “stuntman Jokowi”. Dipikir-pikir, apa tujuan
acting yang menghabiskan tidak sedikit uang itu?. Apakah untuk pencitraan?.
Wow, hebat sekali presiden Indonesia saat ini. Menghabiskan uang yang tidak
sedikit hanya untuk pencitraan.
Tidak
kah dia berfikir kalau uang yang tidak sedikit itu hanya dibuat untuk hal yang
menurut saya tidak penting. Bukan kah lebih baik uang itu digunakan untuk hal
yang lebih masuk akal seperti untuk bayar hutang negara kita yang semakin membengkak
atau untuk membantu rakyat-rakyat kecil yang ada di pelosok-pelosok. Dimana
sosok presiden yang katanya merakyat, toh masih banyak orang dipelosok-pelosok
belum mendapatkan haknya. Jadi,
percuma saja jika pancasila hanya di hafalkan.
Bagi
para mahasiswa mari kita ingat tugas kita sebagai agen perubahan dan agen
pengontrol. Mari bangkit dan buktikan potongan lagu ini “Indonesia negriku, engkau panji martabat ku,
siapa datang mengancammu, kan
binasa dibawah duri mu”. Salam pergerakan.(*)
Sekian dan terimakasih
*Oleh: Urwatul Wusqo, Mahasiswa Aktif IAIN Madura, Kader PMII Rayon Fasya

Post a Comment