Sejarah Negara Bangsa Indonesia
1. POSISI INDONESIA PADA MASA KOLONIALISME
a. Masa Kekuasaan VOC
Usaha bangsa Barat
untuk mendapatkan benua baru dipelopori oleh bangsa Portugis dan Spanyol yang
ingin mendapatkan rempah-rempah Bartholomeu Dias (1492) dan Vasco daGama (1498)
berkebangsaan Portugis berlayar menyusuri pantai barat Benua Afrika akhirnya
tiba di Kalkuta. India. Kemudia mereka membangun kantor dagang di Kalkuta dan
berdagang di Asia Tenggara. Pada tahun 1512. Portugis masuk ke Maluku sedangkan
Spanyol masuk ke Tidore (1521) untuk mencari rempah-rempah.
Pada tahun 1596,
pedagang Belanda dengan empat buah kapal di bawah Cornelis de Houtman berlabuh
di Banten. Mereka mencari rempah-rempah di sana dan daerah sekitarnya untuk
diperdagangkan di Eropa. Namun, karena kekerasan dan kurang menghormati rakyat
maka diusir dari Banten. Kemudian pada tahun 1598, pedagang Belanda datang
kembali ke Indonesia di bawah Van Verre dengan delapan kapal dipimpin Van Neck,
Jacob van Heemkerck datang di Banten dan diterima Sultan Banten Abdulmufakir
dengan baik. Sejak saat itu;ah ada hubungan perdagangan dengan pihak Belanda
sehingga berkembang pesat perdagangan Belanda di Indonesia. Namun, tujuan
dagang tersebut kemudian berubah. Belanda ingin berkuasa sebagai penjajah yang
kejam dan sewenang-wenang, melakukan monopoli perdagangan, imperialisme
ekonomi, dan perluasan kekuasaan.
Setelah bangsa
Belanda berhasil menanamkan kekuasaan perdagangan dan ekonomi di Indonesia maka
pada tanggal 20 Maret 1602 Belanda membentuk kongsi dagang VOC (Vereenigde
Oost-Indische Compagnie) yang dianjurkan oleh Johan van Olden Barnevelt
yang mendapat izin dan hak istimewa dari Raja Belanda. Alasan pendirian VOC
adalah adanya persaingan di antara pedagang Belanda sendiri, adanya ancaman
dari komisi dagang lain. Seperti (EIC) Inggris, dan dapat memonopoli
perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Untuk mendapatkan keleluasaan usah di
Indonesia, VOC memiliki hak oktroi, yaitu hak istimewa.
Disamping itu, VOC
juga melakukan pelayaran Hongi, yakni misi pelayaran Belanda yang ditugasi
mengawasi, menangkap, dan mengambil tindakan terhadap para pedagang dan
penduduk pribumi yang dianggapnya melanggar ketentuan perdagangan Belanda.
Usaha VOC semakin berkembang pesat (1623) dan berhasil menguasai rempah-rempah
di Ambon dalam peristiwa Ambon Massacre.
Pada tahun 1641. VOC
berhasil merebut Malaka dari tangan Portugis. VOC selalu menggunakan Batigslot
Politiek (politik mencari untung, 1602-1799) dengan memegang monopoli Belanda
di Indonesia. Selain itu. VOC menjalankan politik devide et impera, yakni
sistem pemecah belah di antara rakyat Indonesia. Perjalanan kongsi dagang VOC
lama kelamaan mengalami kemunduran, bahkan VOC runtuh pada tanggal 31 Desember
1799.
b. Masa Kekuasaan Belanda (Prancis)
Tahun 1807-1811. Indonesia
dikuasai oleh Republik Bataaf bentukan Napoleon Bonaparte, penguasa di Prancis
(Belanda menjadi jajahan Prancis). Napoleon Bonaparte mengangkat Louis Napoleon
menjadi wali negeri Belanda dan negeri Belanda diganti namanya menjadi
Konikrijk Holland. Untuk mengurusi Indonesia. Napoleon mengangkat Herman Willem
Daendel menjadi gubernur jenderal di Indonesia (1808-1811). Tugas utama
daendels adalah mempertahankan Jawa dari serangan Inggris sehingga pusat
perhatian Daendels ditujukan kepada pertahanan dan keamanan.
Untuk memeperoleh
dana, Daendels menjual tanah-tanah kepada orang-orang swasta. Akibatnya,
tanah-tanah partikelirmulai bermunculan di sekitar Batavia, Bogor, Indramayu,
Pamanukan, Besuki, dan sebagainya. Bahkan, rumahnya sendiri di Bogor dijual
kepada pemerintah, tetapi rumah itu tetap ditempatinya sebagai rumah
tinggalnya. Tindakan dan kekejaman Daendels tersebut menyebabkan raja-raja
Banten dan Mataram memusuhinya.
Untuk menutup
utang-utang Belanda dan biaya-biaya pembaharuan tersebut, Daendels kembali
menjual tanah negara beserta isinya kepada swasta. Sehingga timbullah sistem
tuan tanah di Jawa yang bertindak sebagai raja daerah, misalnya di sekitar
Batavia dan Probolinggo. Kekejaman Daendels tersebut terdengar sampai ke
Prancis. Akhirnya, dia dipanggil pulang karena dianggap memerintah secara
autokrasi dan Indonesia diperintah oleh Jansens.
c. Masa Kekuasaan Inggris
Keberhasilan Inggris
mengalahkan Prancis di Eropa menyebabkan kekuasaan Belanda atas Indonesia
bergeser ke tangan Inggris. Untuk itulah ditandatangani Kapitulasi Tuntang
(1811) yang isinya Belanda menyerahkan Indonesia ke tangan Inggris dari tangan
Jansens kepada Thomas Stamford Raffles, seorang Letnan Gubernur Jenderal
Inggris untuk Indonesia. Oleh karena itu, beralihlah Indonesia dari tangan
Belanda ke tangan Inggris.
Adapun
langkah-langkah yang diambil Raffles adalah:
1. Membagi Pulau Jawa
menjadi 16 karesidenan,
2. Para bupati
dijadikan pegawai negeri,
3. Melaksanakan
perdagangan bebas,
4. Melaksanakan lan
rente (pajak sewa tanah) dan Raffles menjual tanah kepada swasta,
5. Menghapuskan
perbudakan, dan
6. Kekuasaan para raja
dikurangi.
Di Yogyakarta,
Pangeran Notokusomo diangkat sebagai Paku Alam (1813). Akibatnya, Mataram
Yogyakarta pecah menjadi dua, yakni Kasultanan Yogyakarta di bawah HB III dan
Paku Alaman di bawah Paku Alam I. Pada taggal 13 Agustus 1814, di Eropa
ditandatangani Perjanjian London oleh Inggris dan Belanda yang isinya Belanda
memperoleh kembali sebagian besar adaerah koloninya, termasuk Indonesia. Oleh
karena itu pada tahun 1816. Raffles meinggalkan Indonesia dan Belanda kembali
berkuasa di Indonesia.
d. Masa Kekuasaan Pemerintah Belanda
Pada tahun 1830,
pemerintah Belanda mengangkat gubernur jenderal yang baru untuk Indonesia,
yaitu Van den Bosch, yang diserahi tugas untuk meningkatkan produksi tanaman
ekspor, seperti tebu, teh, tembakau, merica, kopi, kapas, dan kayu manis. Dalam
hal ini, Van den Bosch mengusulkan adanya sistem tanam paksa.
Tujuan diadakannya
tanam paksa adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, guna
menutupi kekosongan kas nnegara dan untuk membayar utang-utang negara.
Pelaksanaan tanam paksa diselewengkan oleh Belanda dan para petugasnya yang
berakibat membawa kesengsaraan rakyat Bentuk penyelewengan tersebut misalnya,
kerja tanpa dibayar untuk kepentingan Belanda (kerja rodi) kekejaman para
mandor terhadap para penduduk, dan eksploitasi kekayaan Indonesia yang
dilakukan Belanda.
Melihat penderitaan
rakyat Indonesia, kaum humanis Belanda menuntut agar tanam paksa dihapuskan.
Tanam paksa memngharuskan rakyat bekerja berat selama musim tanam. Penderitaan
rakyat bertambah berat dengan adanya kerja rodi membangun jalan raya, jembatan,
danwaduk. Selain itu, rakyat masih dibebani pajak yang berat, sehingga sebagian
besar penghasilan rakyat habis untuk membayar pajak. Sementara itu, di pihak
Belanda, tanam paksa membawa keuntungan yang besar. Praktik tanam paksa mampu
menutup kas negara Belanda yang kosong sekaligus membayar utang-utang akibat
banyak perang. Akhirnya, tanam paksa dihapuskan, diawali dengan dikeluarkannya
undang-undang (Regrering Reglement) pada tahun 1854 tentang penghapusan
perbudakan.
Tanam paksa
benar-benar dihapuskan pada tahun 1917. Sebagai bukti kewajiban tanam kopi di
Priangan, Manado, Tapanuli, dan Sumatera Barat dihapuskan. Setelah tanam paksa
dihapuskan, pemerintah Belanda melaksanakan politik kolonial liberal di
Indonesia dengan memberikan kebebasan
pada pengusaha swasta untuk menanamkan modal di Indonesia. Namun,
pelaksanaannya tetap menyengsarakan rakyat karena kebijakan-kebijakan yang
dilaksanakan semata-mata untuk kepentingan kolonial Belanda. Belanda tetap
melaksanakan cara-cara menguasai bangsa Indonesia dengan perjanjian, perang,
dan pemecah belah.
Pelaksanaan politik
kolonial liberal ternyata banyak mendatangkan penderitaan bagi rakyat terutama
buruh sebab upah yang mereka terima tidak seperti yang tertera dala kontrak.
Akibatnya, banyak buruh yang melarikan diri, terutama dari Deli, Sumatra Utara.
Dari kenyataan di atas jelas Belanda tetap masih melaksanakan usaha menindas
bangsa Indonesia.
2. PENGARUH EROPA TERHADAP GAGASAN NEGARA BANGSA INDONESIA
Masuk pada abad
ke-20. Paham baru yang berkembang di Eropa, seperti nasionalisme, demokrasi dan
liberalisme masuk ke Negara Asia-Afrika. Pengaruh paham baru mebuka pola pikir
rakyat Indonesia untuk menggunakan kemapuannya melawan ketidakadilan dan
perampasan hak atas bangsa sehingga ada kebangkitan melawan penindasan penjajah
untuk mewujudkan hidup yang merdeka.
Bentuk organisasi
pergerakan nasional Indonesia yang muncul akibat pengaruh paham baru anatara
lain sebagai berikut:
a. Budi Utomo (20 Mei 1908)
Kebangkitan Nasional
di tandai lahirnya Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh Dr.
Soetomo Suradji, Gunawan Mangunkusumo, yang waktu itu sebagai mahasiswa Stovia
(kedokteran Jawa). Sbagai perintisnya adalah Dr. Wahidin Sudiro Husodo. Ia
mendirikan studi fonds (dana
pelajar) guna membiayai pelajar yang tidak mampu. Itulah sebabnya Budi Utomo di
sebut organisasi social perintis pergerakan nasional. Budi Utomo juga bergerak
pada bidang social, ekonomi dan kebudayaan. Tujuan Budi Utomo adalah: kemajuan
bagi Hindia (Indonesia) atau kemajuan yang harmonis bagi nusa dan bangsa. Pada
tanggal 5 Oktober 1908, Budi Utomo mengadakan kongres pertama di Jogjakarta,
hasilnya sebagai berikut:
1) Budi Utomo tidak
berpolitik.
2) Kegiatan Budi Utomo
di tujukan pada bidang sosial, budaya dan pendidikan.
3) Budi Utomo ruang
geraknya terbatas Jawa dan Madura.
4) Di putuskan Tirto
Kusumo, Bupati Karang Anyar sebagai ketua Budi Utomo pusat.
b. Sarikat Islam (1912)
Pada tahun 1911 di
Lawean Solo berdiri organisasi Serikat Dagang Islam (SDI), dengan ketua Haji
Samanhudi. Karena dorongan untuk memajukan perdagangan Islam untuk menyaingi
pedagang China, maka banyak yang ingin masuk SDI, sehingga atas anjuran HOS
Cokroaminoto, pada tahun 1912 di bentuklah Serikat Islam. Faktor pendorong di
dirikan SI sebagai berikut:
1. Faktor ekonomi,
yaitu memperkuat diri menhadapi pedagang China karena pedagang China melakukan
praktek monopoli (menguasai perdagangan dengan cara ia pedagang satu-satunya).
2. Faktor agama, yaitu
memajukan agama Islam karena para Zending (berasal dari kaum penjajah) semakin
meningkatkan gerakan penyebaran agam Kristen untuk meningkatkan gerakan
penyebaran agama Kristen untuk mempengaruhi para pedagang pribumi.
SI merupakan
organisasi yang bersifat ekonomis, dengan mendasarkan pada aspek religius
Islam, dan SI bukan organisasi yang bersifat politik. Meskipun bukan organisasi
yang bersifat politik namun SI lebih sering terlihat dalam hal yang beraspek
politik. Misalnya menentang bentuk-bentuk diskriminasi serta membebaskan rakyat
dari penindasan dan pemerasan kaum penjajah. Di Jakarta anggota SI waktu itu
mencapai 12.000 orang.
Pada tahun 1921 SI
mengadakan kongres keempat di Surabay, oleh karena kemasukan aliran sosialis
Semaoen dan Darsono, akibatnya SI pecah menjadi 2 yaitu:
1. SI putih yaitu SI
yang tetap berlandaskan pada asas perjuangan Islam di pimpin oleh, Hj. Umar
Said Cokroaminoto. Tahun 1923 SI putih berubah menjadi Partai Sarikat Islam (PSI)
dan tahun 1930 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).
2. SI merah yaitu,
kelompok SI yang berhaluan Marxisme. Dipimpin oleh Semaun dan Darsono
kelompok ini dalam perjuangannya, lebih bersifat radikal. Dan akhirnya kelompok
ini menanamkan dirinya Sarikat Islam.
c. Indische Partij/IP (1912)
IP di dirikan di
Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 oleh tiga serangkai yaitu Dr. E.F.E.
Douwes Dekker (Danudirjo Setyabudi). Tjipto Mangunkusomo, dan Suwardi
Suryaningrat. (Ki Hajar Dewantoro), tujuan IP berdasarkan asas nasionalisme
(kebangsaan):
1. Mempersatukan
seluruh bangsa Indonesia
2. Mencapai Indonesia
merdeka.
Tahun 1913
pemerintah Hindia Belanda merencanakan mengadakan perayaan ulang tahun ke-100
kemerdekaan negeri Belanda dari jajahan Prancis. Menanggapi rencana ini maka di
Bandung oleh beberapa tokoh pergerakan di bentuk sebuah komite yang di kenal
dengan nama Komite Bumiputera. Komite
ini bermaksud mengirim telegram kepada ratu Belanda. Isi telegram tersebut
antara lain sebagai berikut:
1. Di cabut pasal III
Regeerings-Reglement.
2. Agar dibentuk
majelis perwakilan rakyat yang sejati.
3. Perlu adanya
kebebasan berpendapat di daerah jajahan.
Suwardi
Suryaningrat, salah seorang pemimpin komite Bumi Putra menulis sebuah karangan
yang berjudul Als ik een Neederland Was (sekiranya aku seorang Belanda),
yang berisi tentang sindiran, yang cukup tajam atas ketidakadilan pemerintah
colonial Belanda terhadap aerah jajahan. Tjipto Mangunkusumo menghantarkan
kritik terhadap Belanda dan menulis karangan yang berjudul “kekuatan atau
ketakutan”, di muat di harian De Espres dan berisi tentang kritik
terhadap tindakan Belanda yang sewenang-wenang dan tidak demokratis. Douwes
Dekker menulis kritikannya dengan judul “Pahlawan kita Dr. Tjipto Mangunkusumo
dan RM. Suwardi Suryaningrat”. Akibat kritik-kritik tersebut Douwes Dekker,
Tjipto Mangunkusomo dan Suwardi Suryaningrat pada bulan Agustus 1913 di tangkap
dan di buang ke negeri Belanda.
Setelah tokoh IP di
buang ke Belanda aktivitas pengikutnya mulai melemah dan nama organisasinya
berubah menjadi partai Insulide. Asas dan program umumnya adalah
mengembangkan nasionalisme Indonesia dengan memperkuat cita-cita persatuan
bangsa. Agar semangat itu tumbuh maka para anggota harus menyebut dirinya Indiers
(artinya orang-orang Hindia atau Indonesia), tetapi perkembangan partai
Insulinde lambat dan kalah cepat dengan perkembang SI.
d. Muhammadyah (1912)
Muhammadyah berdiri
pada tanggal 18 November 1912 di Jogjakarta, oleh K.H. Ahmad Dahlan. Tujuan
Muhammadyah yaitu untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam agar
terwujud masyarakat utama adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT. Dalam
kegiatannya, Muhammadyah menekankan gerakannya pada sosio religious.
Tujuan Muhammadyah
antara lain sebagai berikut:
1) Mengembalikan ajaran
Islam secara murni menurut al-Qur’an dan al-hadits.
2) Menyerukan kepada
seluruh umat Islam untuk hidup sesuai ajaran agama Islam.
3) Memajukan pendidikan
dan pengajaran yang berdasarkan agama Islam.
4) Berusaha
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat secara umum dan umat Islam pada
khususnya.
5) Menyantuni anak-anak
yatim piatu.
6) Menyelenggarakan
dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
e. PKI (Partai Komunis Indonesia, 1920)
Di Indonesia paham
Marxisme-Sosialisme mulai di bawa oleh seorang pemimpin buruh dari negeri
Belanda yang bernama HJF. M. Sneevliet, dia adalah anggota dari SDAP (Social
Democratische Arbeiders Partij) atau partai buruh social democrat. Pada tanggal
9 Mei 1914 atas prakarsa Sneevliet dengan dukungan orang-orang sosialis seperti
JH. Brensteder, P. Bregsma, dan HW. Dekker. Maka di bentuklah organisasi
Marxisme-Socialisme yang di beri nama ISDV (Indische Social Democratische
Vereeniging). Tokoh Indonesia yang ikut memimpin ISDV adalah Semaun dan
Darsono, tujuannya adalah untuk menyebarkan paham sosial demokratis dengan
membangun perasaan revolusioner bagi bangsa Indonesia, dan untuk membangun
gerakannya ISDV pada tahun 1915 menerbitkan majalah Het Vrije Woord ternyata
ISDV tidak berkembang masalahnya ISDV tidak mengakar dalam masyarakat.
Oleh karena itu para
pemimpin ISDV mencari organisasi yang cukup berakar di dalam masyarakat, dan
pilihannya jatuh ke SI. Dengan cara infiltrasi (menyusup) anggota ISDV mulai
menjadi SI dan sebaliknya. Ada dua sebab ISDV begitu cepat melakukan infiltrasi
ke SI yaitu:
1. CSI (Central Serikat
Islam) badan koordinasi pusat yang sangat lemah.
2. Kondisi kepartaian
waktu itu kemungkinan anggota lebih dari 1 partai.
Pada tanggal 23 Mei
1920, ISDV ganti nama menjadi partai Komunis Hindia dan pada bulan Desember
1920 ganti nama menjadi partai Komunis Indonesia (PKI).
Tahun 1919 di
lingkungan komunis dunia telah di bentuk kominter (komunis internasional) yang
berpusat di Moscow. Tanggal 24 Desember 1920 di adakan kongres istimewa PKI.
Dalam kongres itu disepakati bahwa PKI bergabung di dalam komitmen.
Tahun 1926 PKI
melancarkan pemberontakan terhadap pemerintah colonial belanda. Di pimpin oleh
Alimin Sarjono dan kawan-kawan. Pada tanggal 13 November 1926 meletus
pemberontakan PKI di Jakarta. Pada tanggal 1 Januari 1927 behasil di padamkan
oleh Belanda. Akibat pemberontakan di Sumatra Barat, puluhan ribu rakyat
(termasuk juga patriot yang di hasut PKI) di tangkap dan di buang ke Tanah
Merah, Digul, dan Irian Jaya. Dan PKI dinyatakan sebagai organisasi terlarang.
v
Dampak ISDV
1. Menangkap Snevliet
dan mengusirnya dari Indonesia.
2. ISDV mulai di jauhi
masyarakat karena sikap mereka yang seringkali radikal dan membuat jengkel
masyarakat.
3. Pemerintah Hindia
Belanda masih trauma akibat pemberontakan komunis pada tahun 1927.
v
Dampak Keseluruhan
1. Munculnya paham
sosialis, demokrasi, nasionalisme dan pan-Islamisme.
2. Lahirnya pergerakan
nasional Indonesia.
3. Menumbuhkan
kesadaran nasionalisme di kalangan masyarakat Indonesia.
3. POSISI INDONESIA DI ERA PERANG DUNIA II (1939-1945) DAN PERANG DINGIN
(1946-1991)
a. Era Perang Dunia
Sebab Umum
Terjadinya Perang Dunia II:
1. Kegagalan Liga
Bangsa-Bangsa (LBB) dalam menciptakan perdamaian dunia.
2. Negara-negara maju
saling berlomba memperkuat militer dan persenjataannya.
3. Adanya politik
Aliansi (mencari kawan persekutuan)
4. Adanya pertentangan-pertentangan
akibat ekspansi.
5. Adanya pertentangan
faham demokrasi, fasisme, dan komunisme.
6. Adanya politik balas
dendam Jerman terhadap Perancis
Sebab husus
Terjadinya Perang Dunia II:
1) Adanya penyerbuan
Jepang terhadap Amerika di Pearl Harbour pada tanggal 7 Desember 1941
2) Perebutan kembali
kota Danzig yang dilakukan oleh Jerman terhadap Polandia pada tanggal 1
September 1939.
Perang Dunia II di
Medan Asia Pasifik di awali oleh Jepang mem-bom secara tiba-tiba terhadap
pangkalan terbesar Angkatan Laut Amerika Serikat Pearl Harbour di Pasifik pada
tanggal 7 Desember 1941. Jepang dalam waktu singkat melakukan serbuan ke
selatan yakni pada tanggal 8 Desember 1941 menyerbu Lapangan Terbang Clark
Field dan Lapangan Iba di Pulau Luzon Filipina. Setelah menguasai dua tempat
tersebut. Jepang melanjutkan menduduki Hainan, Hongkong, dan Bangkok. Hongkong
merupakan pos terdepan bagi Inggris di Asia.
Pada bulan Januari
1942 Jepang menduduki Malaysia, Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Pada tanggal 24
Januari 1942 Jepang menduduki Tarakan, Balikpapan, dan Kendari. Tanggal 3
Februari1942 Samarinda diduduki pasukan Jepang. Pada waktu itu, Samarinda masih
dikuasai tentara Hindia-Belanda (KNIL). Dengan direbutnya lapangan terbang oleh
Jepang, maka tanggal 10 Februari 1942 Banjarmasin dengan mudah dapat diduduki.
Pada tanggal 4 Februari 1942, menguasai Palembang dan sekitarnya. Dengan
jatuhnya Palembang, maka Jepang dengan mudah masuk ke Pulau Jawa. Jepang
menyerang di Pulau Jawa karena di pandang sebagai basis kekuatan politik dan
militer Belanda. Oleh karena itu, gerakan pasukan Jepang baik dari arah barat
maupun dari arah timur ditujukan ke Pulau Jawa.
Indoesia dijadikan
tempat pertahanan terakhir oleh Jepang karena pada saat itu terjadi pengeboman
di kota Hiroshima dan Nagasaki. Selain itu Jepang juga mengalami kekalahan
perang terus-menerus dari serangan Sekutu.
Adanya Perang Dunia
II secara tidak langsung membawa perubahan kepada kehidupan politik dan
pergerakan kemerdekaan negara Indonesia. Pada tahun 1942, Indonesia dijajah
oleh Jepang selama 3,5 tahun. Berbagai kebijakan Jepang di Indonesia diarahkan
untuk memperkuat kekuatan militer. Selain itu untuk ikut mendukung
kemenangannya dalam menghadapi Sekutu. Perang Dunia II juga berpengaruh bagi
Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Setelah Jepang kalah menyerah kepada
Sekutu tanggal 14 Agustus 1945, Indonesia dalam keadaan “vacuum of power”
(kekosongan kekuasaan). Jepang sudah menyerah bararti tidak mempunyai hak
memerintah Inndonesia, sementara Sekutu, saat itu belum datang. Kondisi ini
kemudian dimanfaatkan bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan.
b. Perang Dingin (1946-1991)
Perang Dingin
terjadi antara tahun 1946-1991 karena konflik ideologi antara Blok Barat yang
dipimpin Amerika Serikat dengan sekutunya NATO dan Blok Timur (Dunia Komunis)
yang dipimpin Uni Soviet beserta sekutu negara satelitnya. Perang Dingin adalah
bentuk ketegangan dari konflik-konflik kepentingan, supremasi, perbedaan
ideologi, ekonomi, militer, industri, dan masih banyak lagi. Perang Dingin
ditandai dengan adanya sikap ketidakpercayaan, kecurigaan dan kesalahpahaman
antar Blok Barat dengan Blok Timur. Amerika Serikat dituduh melakukan politik
imperialisme untuk mempengaruhi Dunia, sementara Uni Soviet dianggap melakukan
perluasan hegemoni terhadap negara-negara demokrasi melalui ideologi komunis.
Dalam bidang politik, Perang Dunia II menyebabkan Amerika Serikat dan Uni
Soviet yang tergabung dalam pihak sekutu sebagai pemenang dan tampil sebagai
negara raksasa (super power) serta berperan sebagai pemenang hegemonia
politik dunia. Dan terjadilah perebutan sebagai negara no. 1 di dunia. Dengan
adanya perebutan antara kedua negara adikuasa tersebut stuasi politik di dunia
kembali tegang dan mengakibatkan perlombaan senjata antara kedua pihak sehingga
masing-masing pihak diliputi suasana Perang Dingin. Perang Dingin juga
mengakibatkan ketegangan tinggi yang pada akhirnya memicu konflik militer
regional.
Pada saat terjadinya
Perang Dingin, Indonesia mempunyai kebijakan politik luar negeri “bebas aktif”,
Indonesia tidak memihak blok manapun dan aktif mewujudkan perdamaian dunia
bersama negara-negara lain dan membentuk Gerakan Non Blok (GNB), bahkan
Indonesia pernah menjadi ketua negara-negara non blok di zaman Presiden
Soeharto. Pada tahun 1965 Indonesia pernah mengalami pemberontakan komunis
lebih condong ke Blok Barat. Indonesia sangat berperan dalam “Balance of Power”
di Asia Tenggara sebagai pencetus negara ASEAN. Sikap Indonesia yang non blok
ditegaskan dengan tidak mau adanya pangkalan militer Amerika Serikat dan NATO
di wilayah Indonesia dan tidak mendukung Amerika Serikat dalam Perang Vietnam.
Dampak perang dingin
terhadap Indonesia yakni Sistem politik-ekonomi Indonesia dibawa pada arus
komunisme-sosialisme pada masa Orde Lama. Sedangkan masa Orde Baru berkembang
liberalisme-kapitalisme. Dan pada masa akhir dua kepemimpinan tersebut,
Indonesia mengambil keterpurukan ekonomi.

Post a Comment