Identitas dan Ideologi Diri PMII

Fasya Media
Apa itu identitas PMII, seperti penggalan kata “PMII”, yaitu suatu wadah atau perkumpulan organisasi kemahasiswaan dengan label pergerakan yang islam dan Indonesia yang mempunyai tujuan:

Terbentuknya pribadi muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia (BAB IV, pasal 4 AD PMII). Menuju capaian ideal sebagai makhluk Ulul Albab (BAB IV, pasal 5 AD PMII).
Kata “Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia” jika dipaparkan lebih lanjut adalah sebagai berikut:

  • Pergerakan bisa didefinisikan sebagai lalu lintas gerak, gerak dalam pengertian fisika adalah perpindahan suaatu titik ordinat A ke ordinat B. Jadi pergerakan pergerakan melampaui gerakan itu sendiri, karena pergerakan berarti dinamis, gerak yang terus menerus ilustrasinya demikian, misalnya seorang Iniesta menendang bola mengarahkan ke Luiz Suarez, itu berarti suatu gerakan bola dari Iniesta ke Suarez (hanya itu saja). Bandingkan Iniesta menendang bola ke Suare, lalu mengover ke Messi, dengan trik cantik Messi menendang bola persis dipojok atas gawang dan itu yang dinamakan pergerakan bola. Kesimpulannya adalah pergerakan meniscayakan dinamisasi, tidak boleh stagnan (berhenti berativitas) dan beku, beku dalam pengertian kaku, tidak kreatif dan inovatif, yaitu kepekaan dan kekritisan dan kecerdasan. Kenapa “pergerakan” bukan “perhimpunan”?, jelas sekali bahwa kalau perhimpunan kapan bergeraknya? Artinya bahwa pergerakan bukan hanya menerangkan suatu perkumpulan/organisasi tetapi juga menerangkan sifat, nilai dan karakter organisasi itu sendiri.
  • Mahasiswa adalah sebutan orang-orang yang melakukan studi di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri; sebagai insan religious, insan akademik, insan sosial dan sebagai insan yang mandiri. Dengan predikat sebutan mahasiswa sebagai “wakil rakyat”, yaitu pelopor perubahan, komunitas penekan terhadap kebijakan penguasa, dll.
  • Islam adalah agama yang dianutnya, yang dijadikan basis landasan sekaligus identitas bahwa rujukan PMII adalah kitab suci agama islam, sunnah rasul dan para sahabat, yang itu terangkum dalam pemahaman jumhur, yaitu ahlussunnah waljamaah. Jadi para aswaja dengan varian didalamnya sebagai landasan teologis (keyakinan keberagaman).
  • Indonesia kenapa founding father PMII memasukkan kata “Indonesia” pada organisasi ini, tidak lain untuk menunjukkan sekaligus mengidealkan PMII sebagai organisasi kebangsaan, organisasi mahasiswa yang berpandangan nasionalis, punya tanggung jawab kebangsaan, kerakyatan dan kemanusiaan. Juga tidak tepat PMII hanya dipahami sebagai organisasi keagamaan semata. Jadi keislaman dan keindonesiaan sebagai landasan PMII yang seimbang. “Jika mencari organisasi mahasiswa yang nasionalis dan agamis, maka pilihan itu adalah PMII”.

jadi PMII adalah pergerakan mahasiswa yang Islam dan yang Indonesia, yang mendasarkan pada agama Islam dan sejarah, cita-cita kemerdekaan dan laju perjalanan bangsa ini kedepannya.

Islam-Indonesia (dua kata digabung) juga bisa dimaknai Islam yang bertranformasi ke ranah Nusantara/Indonesia, Islam Indonesia adalah Islam local bukan Islam Arab secara persis, tapi nilai univesalitas Islam atau prinsip nilai Islam yang bersinkretisme dengan budaya nusantara menjadi Islam Indonesia. Ini adalah karakter Islam PMII yang sejalan dengan ajaran aswaja.

Kesimpulannya; Identitas PMII adalah keislaman dan keindonesiaan (kebangsaan). Kata kuncinya; Pergerakan, Mahasiswa, Islam dan Indonesia.

Ideologi PMII

Pada paruh kedua abad kemarin dan gaungnya hingga hari ini digarahi oleh kelompok intelektual kiri Eropa yang mendasari new-left movement yang terkenal itu sebut saja; kelompok madhab franrut, TW Adomo, Jurgen Habermas bahwa perdebatan mengenai ideologi masih mempunyai ruang, terlebih mengenai ideologi menuai kritik dan evaluasi terhadapnya. Kritik itu seputar perannya sebagai wadah atau tempat kebenaran atau bahkan sebagai sumber kebenaran itu sendiri, disatu sisi nilai sebagai pencarah umat tetapi disisi lain sebagai alat hegemoni umat.
Ideologi memang dianggap sebagai landasan kebenaran yang paling fundamental (mendasar) sehingga tidak terlalu salah bila disebut sumber kebenaran sebagai ruh dari operasi praksis kehidupan. Tetapi dalam prosesnya, kemuliaan ideologi ada ketidakbebasan dari kepentingan prinsip pengadaan; suatu materi diciptakan pasti mempunyai maksud dan tujuan, ironisnya kepentingan yang pada awalnya untuk kebaikan bersama tanpa ada pengistimewaan kemudian berubah menjadi milik segolongan tertentu, digunakan untuk tujuan-tujuan tidak selayaknya, tujuan hanya kekuasaan misalnya. Maka dalam konteks ini ideologi mendapat serangan habis-habisan.
Tanpa bermaksud memutus perdebatan sosio;ogi pengetahuan seperti di atas, ideologi masih memiliki pengikut tatkala ia masih rasional dan kontekstual tidak pilih kasih (diskriminatif) dan tidak menindas, sehingga layak dijadikan sumber kebenaran, ketika peran itu masih melekat niscaya ideologi masih diperlukan.
Dibawa dalam ranah PMII, ideology PMII digali dari sumbernya yang pada sebelumnya disebut sebagai identitas PMII yaitu keislaman dan keindonesiaan. Sublimasi antara dua unsur tersebut menjadi rumusan materi yang terkandung dalam Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII, yang semacam qonun azasi di PMII atau itu tadi yang disebut ideologi. NDP yang berisi rumusan ketauhidan, pengyakinan kita terhadap Tuhan. Bentuk pengyakinan itu terletak dari pola relasi/hubungan antar komponen di ala mini, pola hubungan antara mikrokosmos dan makrokosmos, antara Tuhan dan manusia, antara manusia dan sebaliknya.
Jadi kesimpulannya yang bisa diambil adalah:

  • ideologi masih relevan dijadikan sebagai rujukan kebenaran.
  • Ideologi PMII terangkum (terwujud) dalam rumusan Nilai Dasar Pergerakan (NDP) yang merupakan sublimasi keislaman dan keindonesiaan.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.