Sebuah Momen; Piala Dunia menjadi Alat Pemersatu
![]() |
| Fasya Media |
Tak jarang ditemukan banyak diberbagai tempat, perkotaan maupun pedesaan merayakan, menyambut pertandingan sepak bola dunia, dimana piala dunia merupakan kompetisi sepak bola internasional yang diikuti oleh tim nasional putra senior anggota Fédération Internationale de Football Association (FIFA), badan pengatur sepak bola dunia. Sambutan hangat dilakukan secara massif oleh masyarakat dengan penuh sentak semangat dan bahagia dikarenakan bertemunya antar negara dalam sebuah pertandingan dan tentunya mempunyai tim jagoan yang menjadi api penyemangatnya.
Misal kita temui di salah satu pedesaan di kabupaten Pamekasan, terdapat banyak gambar-gambar perihal piala dunia menyelimuti kampung halaman desa tersebut. inilah suatu bukti, kejuaraan piala dunia ini diselenggarakan setiap empat tahun sekali telah membakar semangat para warga dengan sambutan penuh semangat kekompakan.
Menjadi suatu acuan yang positif terkait momen tersebut, dimana pada zaman sekarang masyarakat sudah banyak tak peduli dengan keadaan sekitar, bersikap apatis pada lingkungan dan banyak pula merugikan pihak-pihak lain. Memang hal tersebut dipicu oleh keadaan yang serba modern dan canggih, teknologi kian melesat maju, manusia berbondong-bondong saling beradu memperkaya serta mempercantik aksesoris dirinya.
Banyak kita jumpai keadaan manusia yang terlalu sering memegang gadget meskipun di ruang publik seperti adanya perkumpulan dalam sebuah forum yang sibuk dengan gadget nya sendiri. Keadaan tersebut adalah gejala Nomophobia dimana manusia mempunyai rasa cemas berlebihan terhadap gadget, seiring gadget menjadi gaya untuk melengkapi kebutuhan kesehariaannya.
Keadaan tersebut bisa dikatakan sebuah penyakit sosial yang merambat pada pola interaksi masyarakat. Seseorang cendrung lebih suka menyendiri dan konsen terhadap gadget nya adalah suatu gejala yang memicu terhadap tali persaudaran antar masyarakat. Gejala tersebut mengganggu kondisi psikologis dan hubungan sosial, sehingga membutuhkan rehabilitasi.
Momen piala dunia inilah menjadi alat pemersatu kembali, menjadi pengerat tali silaturrahim antar manusia, dimana kerapkali diberbagai tempat bisa kita temukan sebuah ajakan untuk nonton bareng. Dengan adanya nonton bareng disini banyak sisi positifnya kita ambil, meskipun tak jarang disana terdapat adu argumen untuk menguatkan tim yang di perjuangkan dari masing-masing. Masyarakat kembali berkumpul, tidak sibuk dengan gadget nya sendiri, saling mendengarkan dan saling berinteraksi satu sama lain. Bahkan, ini bisa saja dikatakan sebuah upaya rehabilitasi melalui penyadaran yang akan timbul dari kesenangan apabila berinteraksi baik dengan masyarakat sekitar.
Membangun masyarakat yang cerdas ialah suatu usaha mengabdi pada Agama dan Negara. Membangun dari forum-forum kecil, dimana komunikasi antar warga aktif saling berinteraksi satu sama lain atas landasan kekuatan persaudaraan dan persamaan yang mengikat, sehingga nilai toleransi ada pada tubuh masyarakat itu sendiri.
Harapan besar dari momen inilah bisa menjalin komunikasi yang baik antar setiap warga, menjadikan momen tersebut sebagai aktivitas yang hendak dilakukan demi memperkuat tali silaturrahim. Memang itu sudah pantasnya dilakukan, mengingat pasca bulan Ramadlan, umat muslim seharusnya memperbaiki diri dengan kualitas dan kapasitas, berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan, ramadlan sebagai penopang awal pada setiap tahun untuk berusaha terus memperbaiki diri. Namun, usaha kecil dari momen diatas adalah suatu usaha bagaimana suatu masyarakat untuk semakin kompak, dengan kekompakan lahirlah sebuah keindahan, dan keindahan itulah lahir dari setiap personal masyarakat yang bercitakan kehidupan yang maju.(*)
*Oleh: Ach Faizi, Sumenep, Mahasiswa Aktif IAIN Madura

Post a Comment